Belajar Bahasa Arab Day-6

Belajar Bahasa Arab Day-6


Mulai malam ini sampai dua malam berikutnya kita akan mempelajari Fi'il, dalam bahasa Inggris Verb (atau kata kerja, kira2 begitu).

Lebih khusus lagi kita belajar kata kerja, atau pekerjaan yang 'telah dilakukan' alias past tense.
ini dasarnya dulu.

Bedanya dari bahasa Inggris, fi'il ini juga memiliki atribut 'siapa/pria/wanita yang bekerja', dan juga 'berapa orang yang bekerja'.

Sebagai contoh, ambil saja kata 'membantu'

Dalam bahasa inggris, kata dasar dari 'membantu' artinya 'to help'

Tapi dalam bahasa Arab, 'to help' saja tidak cukup. Harus disebutkan 'apa/siapa/pria/wanita yang telah membantu'

Maka dalam bahasa arab, bentuk dasar fi'il "to help" adalah NASARA (literally means He Helped)


(Huwa) Nasara - dia (pria) telah membantu
(Huma) Nasaraa - mereka (dua pria) telah membantu
(Hum) Nasaruu - mereka (banyak pria) telah membantu

(Hiya) Nasarat - dia (wanita) telah membantu
(Huma) Nasarataa - mereka (dua wanita) telah membantu
(Hunna) Nasarna - mereka (banyak wanita) telah membantu

(Anta) Nasarta - kamu (pria) telah membantu
(Antuma) Nasartuma - kamu (dua pria) telah membantu
(Antum) Nasartum - kamu (semua pria) telah membantu

(Anti) Nasarti - kamu (wanita) telah membantu
(Antuma) Nasartuma - kamu (dua wanita) telah membantu
(Antunna) Nasartunna - kamu (semua wanita) telah membantu

(Ana) Nasartu - Saya telah membantu
(Nahnu) Nasarnaa - Kita telah membantu

Pola di atas mau tidak mau memang harus dihafalkan dan manfaatnya besar sekali. Dari dasar kata nasara, kita bisa membuat 14 kombinasi penggunaan nasara, yaitu siapa saja yang telah membantu.

Kalau kita ingin melengkapi, Kita telah membantu siapa, maka "siapa" yang dibantu bisa ditambahkan dibelakang kata 'nasara' sebagai detil dari aksi membantu tersebut.

nasaraHA (seorang pria telah membantu seorang wanita)
nasaraKUM (seorang pria telah membantu kamu semua)

nasara al muslimiina  (seorang pria telah membantu sekelompok muslim)

ada sedikit catatan, bahwa doer (pelaku aksi/perbuatan) yang selama ini 'embedded' di dalam 'nasara' yaitu seorang pria, ternyata bisa berubah jika kalimat setelahnya adalah ism yang berstatus rafa.

nasara al muslimuuna

muslimuuna adalah ism berstatus rafa, maka doer nya bukan lagi 'sang pria' tadi, tapi berubah menjadi sekelompok muslim. Maka arti dari "nasara al muslimuuna" adalah sekelompok muslim telah membantu.

Ini menjadi pelajaran juga bahwa ayat Quran memperhatikan presisi dari penggunaan akhiran dan juga bunyi. Karena kalau berubah penggunaannya maka bisa merubah makna siapa membantu siapa.

Di tengah kuliahnya, NAK (Ust Nouman Ali Khan) sempat menyelipkan cerita kalau di Pakistan, drilling untuk mengajari anak-anak bahasa arab adalah menggunakan akar kata favorit yaitu Daraba, dan Qatala

Masalahnya, Daraba artinya dia memukul, dan Qatala artinya dia membunuh. Bayangkan ketika puluhan anak kecil menghafal 14 penggunaan kata dengan mengkombinasi Daraba atau Qatala, lalu direkam dan disiarkan oleh BBC bersama subtitle/caption, maka tentu pemirsa mengira bahwa anak-anak di Pakistan sejak kecil sudah diajari kekerasan. Maka NAK lebih menyukai kata Nasara sebagai contoh bagi murid-muridnya.

Contoh berikutnya adalah ayat yang populer di kalangan umat Islam yaitu di awal surat Ar Rahman.
Ar Rahman,
Allama al Qur'an(a)
Artinya: Sang Maha Pengasih, Dia lah yang mengajarkan Qur'an


Kalau kita break down,
'Ar Rahman' artinya yang Maha Pengasih;
'allama' artinya "dia mengajar" dan diikuti oleh kata 'al Qur'an(a). Artinya Dia mengajarkan Quran. Maka,"Sang Maha Pengasih, Dia lah yang mengajarkan Qur'an"

Bagaimana kalau seandainya kita tukar
'Allamal Quranu ar Rahman(u), maka artinya menjadi "Yang Maha Pengasih mengajarkan Quran"

Sekilas memang tidak nampak berbeda dari sisi penerjemahan. Tetapi Quran menggunakan versi yang pertama, bukan versi yang kedua (di bawahnya), karena sebagai bentuk penegasan. Ar Rahman disebutkan terlebih dahulu, untuk menunjukkan Dzat yang Maha Pengasih, yang tidak henti-hentinya mengajarkan kepada manusia ayat demi ayat. Ketika Quraisy sebagai "murid" mengolok-olok, meremehkan, meragukan, menentang, dan melawan ayat-ayatNya, Allah yang Maha Pengasih tetap menurunkan ayat-ayatNya, mengajarkannya.

Sedangkan di versi kedua, meski artinya mirip, fungsi penekanan menjadi hilang, karena sekedar menjadi berita yang sekedar mengabarkan bahwa "Maha Penyayang mengajarkan Quran."

A Lady in Hell?

Ketika membahas ayat ini, NAK mengelaborasi lebih jauh dengan bercerita bahwa dia pernah bertemu seorang wanita yang menemuinya setelah NAK berbicara di seminar yang diadakan di Northeastern University, Boston. Menurut NAK, wanita ini berbicara dengan perfect Arabic, sehingga NAK pun menyapanya dengan 'assalamualaykum'. Tanpa dinyana, wanita tersebut membalasnya dengan,' Marhaba'

NAK pun bertanya," saya pikir anda muslim'
Wanita," iya dulu, tapi sekarang tidak lagi'
NAK," oh, maaf kalau boleh tahu kenapa ya?"
Wanita," iya, saya tidak pernah bisa memahami kenapa Allah yang katanya Ar Rahman ternyata menyediakan Neraka Jahannam."

Lalu NAK berpikir, bahwa wanita ini memang seperti manusia umumnya saat ini yang tidak mau menghadapi konsekuensi atau kenyataan tentang keberadaan Neraka. Bagi banyak manusia modern, menurut NAK, konsep Neraka ini seakan sekedar 'guyonan', dan ketika manusia menentukan sikap perbuatannya mereka tidak banyak memikirkan atau cenderung menghindari konsekuensi Neraka sebagai salah satu kompensasi pilihan perbuatan yang dilakukannya di dunia.

Image result for dante inferno
Cover of Dante's Inferno
Daripada merasa teusik dan terganggu, mereka lari dari kenyataaan bahwa Neraka itu benar adanya. Di Surat Ar Rahman deskripsi tentang Neraka Jahannam sangat intens sekali. Tidak ada kitab suci, selain Quran yang menggambarkan siksa neraka yang benar-benar menakutkan. Ketika NAK menyatakan 'tidak ada kitab suci lain', saya sempat tertegun dan membatin,"Masak sih". Bukankah ada karya sastra abad pertengahan "Inferno' yang dikarang oleh Dante? Bukankah Inferno merupakan gambaran neraka versi injil?
Paginya, di mobil nganter Jihad sekolah, saya ngobrol dengan Jihad, anak saya nomer dua tentang Dante's Inferno sekaligus mendiskusikan kuliah NAK semalam. Jihad pun ketawa,"Abi,  Inferno is Dante's work of satire, a fictional literature, and is not from the bible." Setelah saya cek, eh benar juga ini ada tautannya
https://www.compellingtruth.org/divine-comedy-dantes-inferno.html

Baiklah, kembali ke NAK. Pertanyaannya, ketika Allah ta'ala menggambarkan Neraka yang sedemikian menyeramkannya (air yang mendidih, diseretnya manusia melalui ubun-ubun kepala dan kakinya) apakah itu bertentangan dengan sifatnya yang Ar Rahman?

  1. يُعْرَفُ الْمُجْرِمُوْنَ بِسِيْمٰهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِيْ وَالْاَقْدَامِۚ Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya, lalu direnggut ubun-ubun dan kakinya.
  2. فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  3. هٰذِهٖ جَهَنَّمُ الَّتِيْ يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُوْنَۘ Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa.
  4. يَطُوْفُوْنَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيْمٍ اٰنٍۚ Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih.

NAK pun memberikan contoh Tsunami misalnya. Ketika ada dua sosok, sosok yang satu memberikan peringatan bahwa Tsunami akan datang maka bersiaplah. Sedangkan sosok kedua, dia tahu bahwa Tsunami akan datang, tetapi sosok ini tidak memberikan peringatan, justru memberikan false sense of hope bahwa semua baik-baik saja, lebih buruknya lagi justru mengabarkan bahwa tsunami tidak akan datang. Just have Fun.

Pertanyaannya, mana yang Maha Penyayang? sosok yang pertama, atau yang kedua.

Di sinilah ar Rahman, bahwa Allah ta'ala memberikan gambaran terhadap konsekuensi pilihan perbuatan yang manusia lakukan di dunia. Allah sudah memberikan early warning bahwa Tsunami is coming, whether you like it or not.

Setelah berpikir sejenak, NAK pun memberikan komentar singkat kepada wanita tersebut, " You will burn in Hell."

Wanita dengan paras terkejut, setengah tidak percaya bahwa NAK akan memberikan respon yang 'keras'. Matanya menatap NAK, dan NAK pun melanjutkan komentarnya," Why? Are you offended? Kenapa tersinggung? Bukankah anda tidak lagi meyakini adanya Neraka? Well, pertama-tama, saya mohon maaf harus menyatakan ini kepada Anda, karena saya sedang melakukan eksperimen. Saya ingin tahu respon anda ketika saya nyatakan anda akan disiksa di Neraka. Respon kaget di wajah anda tadi sebenarnya menunjukkan bahwa anda tahu bahwa Neraka itu memang ada, dan terlihat anda pun takut untuk ada di dalamnya, tetapi selama ini Anda memilih untuk tidak mau membahasnya, karena dengan membahasnya, kehidupan anda dan pilihan perbuatan anda pun bisa jadi berubah.."

Setelah menyelesaikan kisah pertemuan dengan wanita tersebut, NAK pun mengingatkan kita tentang lanjutan ayat di surat Ar Rahman. Seusai Allah ta'ala menggambarkan kengerian Neraka, Allah ta'ala tahu bahwa manusia yang membacanya mulai merasa resah, cemas, takut, khawatir. Maka ayat berikutnya berbunyi sebagai berikut:

  1. وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ جَنَّتٰنِۚwa liman khāfa maqāma rabbihī jannatānDan bagi siapa yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.Allah ta'ala dari sifat ar Rahman Nya, menunjukkan potensi konsekuensi pada manusia. Pada akhirnya kita juga bertanya, kepada hati kita masing-masing, apakah hati ini masih tersentuh ketika ayat Quran dibacakan, atau justru mengeras dalam penolakan.. Maka disinilah pentingnya memahami Quran agar menjadi petunjuk bagi kita, ketika harus membuat pilihan dalam berbuat atau melakukan apapun di kehidupan kita ini. Dan kalau kita berupaya keras dalam ketaqwaan, Allah Ta'ala pun Maha Melihat proses yang kita harus jalani untuk meraih ridho-Nya. Allah ta'ala tidak melihat hasil, tetapi kesabaran dan upaya kita agar tetap istiqomah di jalanNya. wallahu a'lam bi ashowwab




Comments

Popular posts from this blog

Wabah Coronavirus Wuhan 2019: Ketika Sains bertemu Takdir

Belajar Bahasa Arab Day-2

Belajar Bahasa Arab Day-3