Belajar Bahasa Arab Day-8 Final

Belajar Bahasa Arab Day-8 Final

Malam ini adalah malam terakhir dari 8-Hari kursus bahasa Arab Quran. Sejauh ini kita sudah belajar konsep fundamental bahasa arab seperti

  1. Ism dan 4 atributnya (status, gender, number, tipe)
  2. Fi’il
  3. Harf
  4. Cara membuat fragment (mengkombinasi ism, fi'il, harf)
  5. Cara membuat kalimat

Nah malam ini kita belajar kata Perintah

Sebelum memulai bahasan membuat kata perintah/larangan, ust NAK memberikan beberapa tips:

  • Tidak bisa membuat perintah di masa lalu
  • Tidak bisa memerintah diri sendiri (kecuali mahasiswa yang ‘memerintah’ dirinya untuk “belajar’ malam sebelum ujian — ini guyonannya ust NAK)
  • Tidak bisa bisa memerintah orang yang tidak ada di tempat
  • Lebih mudah ‘melarang’ daripada ‘memerintah’
  • Bentuk kata “perintah” secara grammar, bisa memiliki makna berbeda:
    • Go! (Pergi!) bisa berarti:
      • perintah yang tegas yang wajib diikuti 
      • dorongan/motivasi (masih ada ruang untuk menolak), misalnya ketika sesama murid saling memotivasi untuk menjawab pertanyaan guru dengan (Go!) maju ke depan Kelas
      • memberikan ijin 
      • sarkasme (ketika istri memberikan “respon” kepada suaminya ketika suaminya minta ijin utk keluar bersama teman2nya)

MELARANG!

- Laa + orang kedua fi’il present tense dalam bentuk ringan
- Jadikan ringan
- Letakkan Laa di depan

Contoh:

Kata perintah “Jangan pergi!”

tadzhabu (fi’il orang kedua present tense — kamu sedang pergi)
jadikan ringan (hilangkan bunyi u) tadzhab
Lalu letakkan Laa di depannya, maka:  Laa tadzhab

MEMERINTAH!


  • Mulai dengan bentuk fi’il present tense orang kedua
  • Hilangkan ‘ta’ yang ada di awal kata
  • Kalau kata bisa terucap, selesai 
  • Kalau kata tidak terucap, maka tambahkan ‘Alif’ di posisi ‘ta’
    • Bunyi Alif tergantung bunyi huruf kedua sebelum huruf terakhir dari kata
      • Kalau kata kedua sebelum terakhir berbunyi ‘u’, maka Alif pun berbunyi ‘u’
      • Kalau kata kedua sebelum terakhir berbunyi SELAIN ‘u’, maka Alif pun berbunyi ‘i'

Contoh

1. Go! (Pergi!)

Mulai dengan fi’il present tense orang kedua (Kamu sedang pergi) -tadzhabu
Lalu jadikan ‘ringan’ sehingga menjadi - tadzhab
Hilangkan ‘ta’ di awal, sehingga menjadi “dzhab”, kata ini tidak bisa diucapkan, maka tambahkan ‘Alif’ di depan sehingga menjadi “Alif-dzhab”

Bunyi Alif tergantung bunyi huruf kedua sebelum terakhir. Huruf kedua sebelum terakhir adalah ‘h’ dengan bunyi ‘a’. Karena bunyi nya adalah ‘a’ yaitu bukan ‘u’, maka Alif harus berbunyi ‘i’

Maka, Go! adalah Idzhab!

2. All of you ladies Help! (memerintah para wanita untuk membantu)

Mulai dengan fi’il present tense orang kedua para wanita - tansurna
jadikan ‘ringan’ sehingga menjadi - tansurna
Hilangkan ’ta’ di awal, sehingga menjadi “nsurna”, kata ini tidak bisa diucapkan, maka tambahkan ‘Alif’ di depan sehingga menjadi “Alif-nsurna”

Karena bunyi huruf kedua ’s’ adalah ‘u’, maka Alif berbunyi ‘u’ juga sehingga kata perintahnya:

All of you Ladies Help! Unsurna!

Refleksi kata perintah dalam ayat surat Jumah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ



Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Dalam ayat di atas ada beberapa kata perintah
فَاسْعَوْا
bersegeralah
وَذَرُوا
tinggalkanlah
فَانْتَشِرُو
bertebaranlah
وَابْتَغُو
carilah
Dari empat contoh kata perintah tadi terlihat bahwa maknanya tidak selalu mutlak atau wajib dikerjakan. Setelah sholat jumat meskipun redaksinya adalah 'bertebaranlah' tidak berarti jamaah jumat 'wajib' untuk bertebaran keluar masjid. Boleh saja ngobrol-ngobrol dulu. Tapi sebelum sholat jumat 'tinggalkanlah' jual beli, itu artinya wajib untuk meninggalkannya, dan mendahulukan sholat jumat.

TUJUAN BELAJAR BAHASA ARAB

Di akhir kuliah ustad NAK mengingatkan kenapa dan apa tujuan kita belajar bahasa Arab?
Tujuan kita belajar bahasa arab sebenarnya bukan untuk sekedar mengetahui atau bahkan memahami Quran. Pengetahuan dan pemahaman yang kita miliki tentang kandungan Quran bisa jadi bertambah setelah mempelajari bahasa Arab
Pertanyannya apakah pengetahuan dan pemahaman yang kita miliki tersebut memberikan manfaat dalam kehidupan kita? Apakah kandungan Quran yang kita ketahui dan pahami menjadi petunjuk terhadap pilihan perbuatan yang kita buat setiap hari dan setiap saat dalam hidup kita seharid-hari?
Apakah Quran bisa menjadi petunjuk bagi diri kita? Di sinilah belajar bahasa Arab bisa membantu kita agar Quran bisa menjadi petunjuk bagi kehidupan dan manfaat di dunia dan akhirat.
Apakah petunjuk sama dengan pengetahuan atau pemahaman? Kalau pengetahuan dan pemahaman menjadi milik kita, tidaklah demikian dengan petunjuk. 
Petunjuk itu seperti air, pemuas rasa haus yang kita alami setiap hari. Apakah haus akan hilang besok, ketika pagi ini sudah minum? Demikianlah petunjuk. Petunjuk itu seperti air yang selalu kita butuhkan. 
Itulah sebabnya kita sebagai muslim selalu berdoa meminta Allah untuk memberikan petunjukNya. Karena kita tidak mungkin meminta sesuatu yang sudah menjadi milik kita. Itu sebabnya Petunjuk bukanlah milik kita, itu prerogatif Allah untuk memberikannya kepada kita, dan Allah pasti akan memberikannya kalau sikap kita memang memintanya dengan sungguh-sungguh. 
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ
ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Petunjuk bukanlah sesuatu yang kita sudah ketahui atau miliki, tetapi petunjuk adalah pengingat terhadap apa apa yang sebenarnya sudah kita ketahui.
Pertanyaannya, apakah kita siap untuk men-follow-up nya. Ketika Allah ta’ala menunjuki kita ke arah yang Allah kehendaki, apakah kita akan mengikutinya, atau justru kita memilih untuk menolaknya? Bagaimana dengan komitmen kita untuk menjadikan Quran sebagai petunjuk. Menariknya ketika orang bertanya bagaimana merasakan manisnya Iman? Manisnya Iman akan dirasakan ketika kita sudah merasakan getirnya penolakan manusia terhadap diri kita hanya karena kita ingin lebih dekat kepada Allah ta’ala. Ketika kita berhasil melewati ujian tersebut, di situlah ketenangan jiwa mulai menyentuh hati kita. 
Dunia saat ini memerlukan itu, ketenangan hati yang sesungguhnya sebagai buah ketaatan kita kepada Allah ta’ala. 






Comments

Popular posts from this blog

Wabah Coronavirus Wuhan 2019: Ketika Sains bertemu Takdir

Belajar Bahasa Arab Day-3

Belajar Bahasa Arab Day-4