Belajar Bahasa Arab Day-7

Belajar Bahasa Arab Day-7


Tidak terasa, kita sudah mendekati penghujung masa training kursus singkat 8 hari bersama Ust Nouman Ali Khan (NAK).

Kemarin malam kita belajar fi'il dalam bentuk masa lampau (past tense), menggambarkan aksi yang sudah atau telah terjadi.

Lalu bagaimana dengan fi'il (verb) dalam waktu sekarang (present tense)?

Nah malam ini, seperti pola belajar khas NAK,  kita belajar mengamati bunyi, dan pola fi'il present tense (atau juga dikenal sebagai fi'il mudhaari') sebagai berikut (dalam konteks pelaku/doer):

  1. Bunyi di awal adalah "a" atau "u"untuk (Saya) dan "na" atau "nu" (Kita)
  2. Kombinasi bunyi awal "ya" dengan 4 turunannya
    • "ya" atau "yu" (Dia pria)
    • "ya" atau "yu" diakhiri "aani" (Dua pria)
    • "ya" atau "yu" diakhiri "uuna" (Mereka)
    • "ya" diakhiri "na" (Mereka perempuan)
  3. Kombinasi bunyi awal "ta" dengan 4 turunannya
    • "ta" (Kamu pria)
    • "ta" diakhiri "-aani"(Kamu berdua)
    • "ta" diakhiri "-uuna" (Kamu semua)
    • "ta" diakhiri "-na" (Kamu perempuan semua)
  4. Spesial "ta" di awal untuk "(Dia perempuan)
  5. Spesial "ta" di awal dan "iina" di akhir (Kamu perempuan)
Contoh:

Kembali kita gunakan kata "membantu" dalam bentuk present tense, jadinya " ____ sedang membantu"

(Saya) sedang membantu (Ana) Ansuru
(Kita) sedang membantu (Nahnu) Nansuru
(Dia) sedang membantu (Huwa) Yansuru
(Dia berdua) sedang membantu (Humaa) Yansuraani
(Mereka) sedang membantu (Hum) Yansuruuna
(Mereka perempuan) sedang membantu (Hunna) Yansurna
(Kamu pria) sedang membantu (Anta) Tansuru
(Kamu berdua pria) sedang membantu (Antumaa) Tansuraani
(Kamu semua) sedang membantu (Antum) Tansuruuna
(Kamu semua perempuan) sedang membantu (Antunna) Tansurna
(Dia perempuan) sedang membantu (Hiya) Tansuru
(Kamu perempuan) sedang membantu (Antunna) Tansuriina

Contoh dalam Quran

وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ

Yuhadziru kum Allahu

Kita lihat Yuhadziru, diawali dengan "ya" dan diakhiri dengan bunyi 'u' maka ini ciri fi'il present tense (fi'il mudhari), maka arti sementara adalah 'dia memperingatkan'

Di akhir kata yuhadziru ada 'attached pronoun' Kum, yang artinya "kamu semua"

Maka, artinya menjadi "dia memperingatkan kamu semua"

tapi "dia" ini siapa?

Karena "dia" ini berstatus maskulin dan singular, maka kita lihat kata tepat setelahnya, dan kita temukan kata Allah, yang statusnya adalah Rafa.

Karena statusnya Rafa dan posisinya setelah kata 'yuhadzirukum', maka 'dia' disini adalah Allah.

Maka lengkapnya adalah "Allah memperingatkan kalian semua"


Contoh lain, ditemukan di percakapan Nabi Musa dan Allah azza wa jall di Surat Taha

قَالَ هِيَ عَصَايَ أَتَوَكَّأُ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِي وَلِيَ فِيهَا مَآرِبُ أُخْرَىٰ


Berkata Musa: "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya".
أَتَوَكَّأُ
A-tawakka-u

Di awal kata berbunyi 'A" dan berakhiran 'u' sehingga menunjukkan "Saya", sehingga berarti "Saya bertelekan"

أَهُشُّ 

A-hussy-u

Di awal kata berbunyi "A" berakhiran "u" sehingga menunjukkan "Saya" sehingga berarti "Saya merontokkan daun"

Ayat Taha 18 ini merupakan potongan kisah percakapan Nabi Musa alayhissalam dengan Allah Azza Wa Jall.

Usai menerangkan konsep fi'il mudhari' (verb present tense), ustadz NAK mengajak kita untuk memperhatikan percakapan ini. Sebelum ayat ini, ust NAK menggambarkan naik turunnya perasaan Nabi Musa ketika menaiki lembah dalam upaya mencari api untuk keluarganya.

Dalam kondisi mendaki lembah yang sulit, untuk mencari sumber api tersebut, bisa dibayangkan kagetnya Nabi Musa ketika Allah azza wa jall, tiba-tiba menyerunya dengan menyebut namanya,"Wahai Musa!" (Taha 11). Lalu antara ayat 12-16, Allah ta'ala mengabarkan ke Musa, setelah menyuruhnya untuk melepaskan terompahnya, bahwa Allah telah menjadikannya sebagai Nabi, mengingatkannya untuk selalu menyembahNya, dan akan tibanya hari Kiamat.

Sebagai manusia yang naik ke bukit tanpa mengantisipasi bahwa Tuhannya akan menyapanya, tentu perasaan Musa cukup tercekam, apalagi wahyu yang beliau terima cukup intens (kabar tentang Kiamat yang akan datang).

Namun, di ayat berikutnya (Taha 17), Allah ta'ala bertanya," wahai Musa apa yang ada di tangan kananmu?"

Ini menarik, Allah tahu segalanya, tahu nama Musa, tahu kapan Kiamat, dan Allah bertanya kepada Nabi Musa apa yang Musa pegang?

Di sini bukan berarti Allah azza wa jall tidak tahu, tetapi Allah ingin agar Musa bisa lebih tenang dengan bertanya hal yang ringan. Mendapatkan kesempatan untuk menjelaskan apa yang beliau pegang, Nabi Musa pun dengan antusias menceritakan tentang tongkatnya, bahwa dia bisa gunakan untuk bertelekan, merontokkan dedaunan (untuk makan kambingnya), dan masih banyak hal yang lain.

Mungkin setelah lega menceritakan tentang tongkatnya, Nabi Musa lalu diperintah Allah ta'ala untuk melemparkan tongkatnya ke tanah. Tanpa dinyana, tongkat tersebut berubah menjadi ular yang hidup, dan merayap dengan cepat (Taha 20). Belum selesai kagetnya, Nabi Musa lebih kaget lagi ketika Allah ta'ala menyerunya (Taha 21),"
  1. قَالَ خُذْهَا وَلَا تَخَفْۗ سَنُعِيْدُهَا سِيْرَتَهَا الْاُوْلٰى qāla khuż-hā wa lā takhaf, sanu'īduhā sīratahal-ụlā “Peganglah ia dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya kepada keadaannya semula"Memegang seekor binatang berbisa, yang cepat bergeraknya? Di sini ust NAK mengingatkan di ayat ini ada pelajaran. Bahwa suasana perasaan manusia mirip perasaan Musa, naik turunnya, pasang surut emosi hati dalam kehidupan. Tapi perlu diingat ketika Allah ta'ala memerintahkan kita sesuatu, lakukanlah dulu, kalahkan rasa takut kita, karena Allah ta'ala yang akan memberikan kita keamanan dari rasa takut itu, kalau kita memang meyakiniNya..
wallahu a'lam bi ash showwab






Comments

Popular posts from this blog

Wabah Coronavirus Wuhan 2019: Ketika Sains bertemu Takdir

Belajar Bahasa Arab Day-2

Belajar Bahasa Arab Day-3